Hari ini aku dan Doni bahagia. Kami bahagia karena kami
punya banyak waktu bersama.
Hari ini kami membicarakan tentang betapa malangnya orang
yang menganggap ‘minta-minta’ atau ‘ngemis’ sebagai pekerjaan atau profesi.
“Doni, menurutku sebenernya banyak pekerjaan yang bisa
mereka kerjaka. Karena bukankah kalau mengemis mereka sama saja dengan menjual
harga diri mereka? Kalau begitu apa bedanya mereka dengan pelacur??”
Doni terlihat menyetujui perkataanku. Itulah yang aku suka
darinya. Ia selalu menghargai apapun pendapatku. Aku bahagia mengenalnya.
“Menurutku mereka masih bisa menjadi OB, atau tukang
bersih-bersih, biarpun (mungkin) uangnya tidak seberapa. Namun uang itu akan
lebih bisa dihargai karena benar-benar hasil kerja keras mereka.” Lanjutku.
“Yaa bener.. seperti kakek-kakek di kampus yang hanya
memiliki tangan kiri. Dengan keterbatasannya, namun dia masih memiliki tekad
yang kuat untuk menghidupi keluarganya dengan keringatnya”
“Jika orang tidak sempurna saja bisa kerja, apa lagi mereka
yang memiliki tubuh sempurna?”
“Terkadang aku berpikir kalau para pengemis itu adalah orang
yang sadar mereka tidak punya kemampuan dan cuman bisa minta dikasihani.. Dosa
siih berpikir begitu, tapi gimana dong, banyak sudah fakta yang menceritakan
kalau mereka ternyata tidak sesulit yang kita pikirkan hidupnya.”
“Misalnya saja, sebuah situs yang menceritakan kalau ada
seorang pengemis yang ternyata bisa membeli mobil dan rumah baru dari hasil
kerjanya. Mereka terlihat susah, namun ternyata di kampung mereka justru
memiliki hidup berkecukupan”
..diam..
Aku rasa Ini salah satu bukti kalo moral rakyat Indonesia
begitu buruk dan perlu di perbaiki.
(kehabisan ide nulis)
0 komentar:
Posting Komentar