Sebenernya aku tak ingin menceritakan hal ini, hanya saja aku tidak ingin ada Nazwa - Nazwa lain di luar sana, aku berharap ceritaku ini bisa menjadi pelajaran buat para orangtua.
Pertama kali bertemu dengan Nazwa, aku pikir Nazwa adalah anak yang bahagia. Ia begitu kompak dengan kedua orangtuanya. Sifatnya yang selalu tertawa tidak menunjukkan ada cerita duka dalam kehidupannya. Ya.. Impiannya. Salah satu hak terbesar dalam hidupnya telah direnggut habis sang orangtuanya. Dan itu membuat dirinya putus asa dan menjalani hidup dengan biasa-biasa saja.
Nazwa kuliah di Hubungan Internasional semester 2. Tapi itu bukanlah jurusan yang dia inginkan. Kalo saja diizinkan memilih, ia ingin kuliah di jurusan Desain Komunikasi Visual. Ia sudah pernah mendaftar di DKV- Itenas, salah satu Universitas swasta cukup terkenal di Bandung. Bahkan orangtuanya sudah membayar uang semester pertamanya. Namun kedua orangtua menyuruhnya untuk tetap mengikuti SNMPTN dan mengambil jurusan Hubungan Internasional,. Saat itu setiap peserta SNMPTN diberi kesempatan memilih 2 jurusan. Pilihan pertama diisi oleh Nadia Jurusan DKV-ITB, dan pilihan keduanya ia memilih Hubungan Internasional Unpad. Sewaktu ia meminta doa dari kedua orangtua, mereka mengatakan akan mendoakan ia supaya masuk Hubungan Internasional Unpad. Saat ia mengerjakan soal dan tes menggambar khusus DKV pikirannya buyar dan penuh kekhawatiran serta kesedihan karena tidak mendapatkan dukungan dari kedua orangtuanya. Dan ketika pengumuman tiba ternyata emang dasar doa orangtua pasti terkabul ia diterima di Hubungan Internasional Unpad.
Pertama kali bertemu dengan Nazwa, aku pikir Nazwa adalah anak yang bahagia. Ia begitu kompak dengan kedua orangtuanya. Sifatnya yang selalu tertawa tidak menunjukkan ada cerita duka dalam kehidupannya. Ya.. Impiannya. Salah satu hak terbesar dalam hidupnya telah direnggut habis sang orangtuanya. Dan itu membuat dirinya putus asa dan menjalani hidup dengan biasa-biasa saja.
Nazwa kuliah di Hubungan Internasional semester 2. Tapi itu bukanlah jurusan yang dia inginkan. Kalo saja diizinkan memilih, ia ingin kuliah di jurusan Desain Komunikasi Visual. Ia sudah pernah mendaftar di DKV- Itenas, salah satu Universitas swasta cukup terkenal di Bandung. Bahkan orangtuanya sudah membayar uang semester pertamanya. Namun kedua orangtua menyuruhnya untuk tetap mengikuti SNMPTN dan mengambil jurusan Hubungan Internasional,. Saat itu setiap peserta SNMPTN diberi kesempatan memilih 2 jurusan. Pilihan pertama diisi oleh Nadia Jurusan DKV-ITB, dan pilihan keduanya ia memilih Hubungan Internasional Unpad. Sewaktu ia meminta doa dari kedua orangtua, mereka mengatakan akan mendoakan ia supaya masuk Hubungan Internasional Unpad. Saat ia mengerjakan soal dan tes menggambar khusus DKV pikirannya buyar dan penuh kekhawatiran serta kesedihan karena tidak mendapatkan dukungan dari kedua orangtuanya. Dan ketika pengumuman tiba ternyata emang dasar doa orangtua pasti terkabul ia diterima di Hubungan Internasional Unpad.
Kedua orangtua memaksa Nazwa untuk melanjutkan studynya di HI Unpad. Dan dengan penuh keterpaksaan pun akhirnya Nazwa mengikuti kemauan orangtuanya.
Belajar tak berselera, ngerjain tugas malas. Cuman melukis, baca komik dan nonton, itulah kerjaan Nazwa . Kadang aku merasa kasihan melihat dia. Hidupnya untuk memenuhi keinginan kedua orangtuanya saja. Secara tidak langsung kedua orangtua Nazwa sudah merampas impian dan masa depan Nazwa .
Menurutku, kuliah di jurusan yang tidak kita suka hanya akan membuat kita hancur dan membuat uang terbuang sia-sia. Karena kita tidak akan bisa ikhlas menerima pelajaran yang diberikan, dan tidak akan bersemangat menjalankannya. Kesalahan pemilihan jurusan sebenernya akan berakibat sangat fatal dalam hidup kita.
Ketika kita kuliah di jurusan yang memang kita minati, dan kita menikmatinya, maka sekalipun tugas kita tak berhenti setiap harinya kita tidak akan pernah mengeluh dan menganggap semua itu hal kecil. Sehingga ketika kita mengerjakan tugas dengan ceria, maka hasil yang kita dapatkan juga akan lebih baik dibanding kita mengerjakan tugas dengan tidak ikhlas.
Impian dan masa depan adalah hak milik setiap orang. Anak juga suatu hari akan berdiri sendiri. Ga selamanya orangtua mengatur-ngatur anak, orang tua juga harus jeli melihat dan merasakan bakat dan cita cita anaknya. Seperti Kahlil Gibran katakan, "...orang tua adalah busur ...anak adalah anak panahnya". Jadi tugas orang tua adalah membimbing, mendidik dan memberikan arahan, bukan memaksakan kehendak yang sesuai dengan jalan fikiran sendiri tanpa mempertimbangkan jalan fikiran sang anak. Orangtua harus mengajarkan anaknya menentukan pilihan hidupnya, karena nanti ketika mereka meninggal, anak akan menjalankan hidupnya sendiri. Masa depan kami ya milik kami, JANGAN PERNAH RAMPAS MASA DEPAN KAMI !!
Mantab Broo************************************
BalasHapus