My Live, My Love, My Story

Minggu, 12 April 2015

Satu Kata Merubah Segalanya (Cerpen)

Satu kata mampu merubah segalanya..

Merubah 2 tahun yang indah menjadi mimpi buruk.

Merubah kebersamaan menjadi perpisahaan

Merubah cinta menjadi benci

PUTUS


Apa yang membuat sepsang kekasih berpisah? Yup! Kata Putus! Kata putus pula yang akhirnya membuat persaan fall in love setiap hari menjadi perasaan galau berkepanjangan. Perasaan itu yang saat ini sedang dialami oleh Febi.

Dari awal ia mengucapkannya, ia tidak benar-benar yakin akan keputusannya. Ia masih mencoba memperbaiki hhubungannya, menerima ajakan jalan pria yang selama ini mewarnai hidupnya, sampai akhirnya tanggal 14 Februari...


Saat itu Febi menanti sebuah suprise. Wanita mana yang tidak berharap ada moment indah terjadi di hidupnya pada hari valentine? Seminggu sudah wajahnya di penuhi senyum-senyum manis setiap kali ia berkomunikasi dengan prianya. Meskipun saat itu hubungan mereka mulai goyah, Febi berharap, tanggal 14 February akan merubah segalanya.

Tanggal 13 February, harapan yang ia pegang selama seminggu haru ia tepis agar ia tidak semakin kecewa. Bagaimana tidak? Ajakan jalan, atau sekedar bertemu tidak juga ia terima dari pria. Seandainya saat itu hubungan mereka sedang baik-baik saja, masalah seperti ini tidak akan menjadi masalah besar. Hanya saja, ia terlanjur berharap bahwa tanggal 14 akan menjadi awal untuk memulai kembali sesuatu yang terlanjur retak karena termakan oleh waktu.

Agar Febi tidak terlalu memikirkannya tepat tanggal 13 malam, ia memutuskan untuk pergi ke sebuah undangan pesta pernikahan sahabatnya di tanggal 14 Februari.

14 Februari, Valentine day’s, and she was still hopping....

Dalam perjalanan menuju pesta temannya di pagi hari, Febi masih gelisah memegang handphonenya. Saat ia sudah hampir sampai ke lokasi yang dituju, handphonenya bergetar, menandakan ada yang menelepon. Dengan ragu, Febi melihat layar handphonenya, dan nama orang yang ditunggu terbaca di layar tersebut.

Darimana datangnya keraguan, sehingga Febi enggan mengankat telepon tersebut. Meski otaknya merintah untuk tidak menjawab, namun hati selalu memberi toleransi kepada kekecewaan. Sekalipun kadang logika terasa benar, namun hati ternyata tetap berani menghadapi sekalipun beresiko menyakitkan.

“Ya...?” Jawab Febi pada penelepon. Entah mengapa suaranya mulai terdengar seperti she didn’t care..
“Lagi dimana?” Jawab penelepon.
“Dijalan, mau ke pernikahan teman..”
“Oh gitu, sampai malam kah?”
“Ga tau, udah ya, sudah mau nyampe, handphonnenya lagi mau dipakai ngelihat waze”

Telepon ditutup....
1 detik..
1 menit..

Rasa penyesalan mulai menjalar dalam otak, merasuk, dan merusak pikiran yang semula sudah baik-baik saja.

Mengapa begitu gengsi untuk mengatakan ‘ingin bertemu’?
Apakah semua wanita mengalami hal ini?


Sepanjang hari itu Febi kembali menunggu telepon pria yang diharapkannya. Namun sayang, ternyata kata-kata orang bahwa ‘kesempatan tidak datang dua kali’ berlaku untuknya saat itu. Sampai malam tiba, dan ia harus menjaga rumah sendiri karena orangtuanya pergi, ia menghabiskan malamnya dengan air mata penyesalan sambil (masih) berharap handphonne itu kembali dihubungi oleh pria tersebut.

Harapan tinggal harapan, bahkan sampai mata itu tertutup karena lelah, handphone itu tetaplah hening, seperti hati pemiliknya.

Seminggu setelah tanggal 14 February.

Febi masih berharap ada yang memperbaiki keretakkan. Bukankah baru retak, belum pecah? Namun entah mengapa, wanita selalu bertahan pada gengsinya. Ketidak jelasan semakin ia hadapi. Ingin memulai, namun ia terlalu memegang gengsinya. Memalukan memang. Entah datang dari mana teori bahwa pria yang harus mengejar, pria yang harus memulai.

Tidak kuat menanti, terlalu lelah menunggu, akhirnya Febi memberanikan diri untuk bertanya ‘Bagaimana hubungan ini sebenarnya’, dan pria itu menjawab ‘Gue setuju, kita akhiri saja’. Dengan berat hati Febi menulis kata ‘Oke’.

Oke

Oke bisa didefinisikan bahwa wanita itu berusaha tegar menerimanya.
Oke bisa juga didefinisikan bahwa wanita itu terlalu lelah untuk memperjuangkannya.
Oke bisa didefinisikan bahwa wanita itu menerima dengan suka cita semuanya.
Oke bisa juga didefinisikan dengan ketidak pedulian.

Setelah mengetik kata ‘Oke’, Febi membiarkan hatinya sakit, tubuhnya lemah, dan pikirannya memakinya dengan segudang teori-teori yang membuatnya menyesal selama beberapa waktu, sampai akhirnya ia memutuskan untuk bangkit dan melupakan semuanya.

Sepanjang dua tahun yang indah, meskipun ada masalah diantara mereka, entah mengapa yang kali ini terasa menyakitkan. Ya, dia yang sering memulai mengucapkan kata putus itu,  namun entah mengapa yang kali ini terasa begitu melukai hatinya. Febi mulai menutup hatinya rapat-rapat. No one can touch her heart selain Tuhan yang menyayanginya dan tak pernah  mengecewakannya.

0 komentar:

Posting Komentar

Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Me ^^

Me ^^
I LOVE FIKOM UNPAD

UNPAD - Fikom

Diana Lidya Ekaputri. Diberdayakan oleh Blogger.

Popular Posts

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *

PAPI - MAMI

PAPI - MAMI
Mereka adalah orang yang paling aku cintai didunia ini.. Aku pasti akan membahagiakan mereka dan menempatkan mereka di kursi kehormatan !

LATEST POSTS

Recent Posts

TKD

PEJABAT

PEJABAT
Pelajar Mantab IPA Empat

TKD

TKD

Copyright © Diana Lidya Ekaputri | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com