My Live, My Love, My Story

Rabu, 28 September 2011

Keluarga


Ini bukan opini, tapi ini fakta. Ini bukan hanya sekedar karangan belaka, tapi ini NYATA. Dan saya hanya ingin menjelaskan beberapa perbandingan negara MAJU yang pemikirannya LUAS, dengan negara BERKEMBANG yang pemikirannya SEMPIT, dan saya akan melakukan perbandingannya lewat kisah keluarga saya. Mungkin agak sedikit tidak nyambung. Tapi saya ingin keluarga-keluarga besar yang lain tidak mengalami hal mengerikan yang terjadi di keluarga saya. Jadikanlah cerita saya sebagai pengalaman kalian juga, dan jadikanlah cerita saya sebagai pelajaran dalam membangun keluarga.. 


KELUARGA YANG ANEH

Keluarga saya adalah keluarga yang sangat besar. Ayah saya memiliki 5 orang adik, dan ibu saya memiliki 6 orang adik, dimana salah satunya sudah meninggal karena kecelakaan sekitar dua tahun yang lalu. Meski ia tidak ada, tapi ia akan selalu ada di hati kami. Tidak seperti yang ada tapi tidak pernah ada!!
Saya membaca suatu artikel yang menuliskan demikian “Jepang adalah salah satu bangsa yang paling kolectivis. Jepang, LEBIH KOLEKTIVIS DARI PADA BANGSA KITA. Begitu tinggi semangat kolektivisnya, sehingga mereka lebih lazim menggunakan nama keluarga dari pada nama pertamanya sendiri. Manusia kolektivis berbeda dengan manusia individualis yang hanya merasa wajib membantu keluarga langsungnya, dalam masyarakat yang hidup secara kolektif, orang MERASA WAJIB membantu keluarga secara luas, kerabat jauh, bahkan teman sekampung, dengan memberikan pekerjaan, meskipun pekerjaan itu tidak sesuai dengan keahliannya. Dalam masyarakat kolektif tidaklah diterima bila seorang anggota kaya raya sementara anggota lainnya kekurangan. Maka si kaya akan dengan sendirinya merasa berkewajiban untuk membantu si miskin dengan memberinya perhatian, waktu, uang, dan pekerjaan yang dapat mendatangkan penghasilan. Celakanya, ini dianggap sah-sah saja, karena pemenuhan atas kelompok memberikan mereka kepuasan tersendiri.”
Katanya ya, selain Jepang bangsa lain yang kolektivis adalah Cina, INDONESIA, malaysia, India, Pakistan,, Italia, Kenya, Spanyol, dan Amerika Latin. Katanya Indonesia itu punya semangat kolektif, tapi kenapa mereka hidup secara individu? Disaat keluarga, teman, masyarakat mereka lagi susah, maka yang sedang berhasil, yang sedang berada di atas, melupakan mereka dan menganggap mereka sebagai pengganggu dan penjilat? Gila kan??

Keluarga besar saya, dulu (dari ayah) adalah keluara yang (menurut saya) cukup bahagia, dan kompak. Oke, saya ga ngerti apa-apa dulu, saya masih terlalu kecil, dan terlalu polos. Saya pikir mereka semua kompak karena memang mereka memiliki hati yang baik dan tulus semua. Saya begitu membanggakan mereka. Namun seiring berjalannya waktu, TUHAN MEMANG ADIL, Ia tak biarkan umatnya tertipu oleh sifat MUNAFIK, dan BUSUK terlalu lama. Kebusukkan itupun terkuak dengan susahnya kondisi ekonomi keluarga saya. Perlahan, mereka semua mulai menjauh, memunculkan semua kesalahan keluarga saya di masa lalu , dimana sebelum keluarga saya susah, masalah itu TIDAK PERNAH MEREKA PERSOALKAN!

Hal-hal sepele menjadi dosa besar dimata mereka. Membuat mereka melupakan saya. Mereka hanya bisa meremehkan, meremehkan, dan meremehkan kami. Seakan mereka tidak punya pekerjaan lain selain meremehkan kami. Mereka menghina dan menganggap kami tak bisa apa-apa.
It’s oke. Gak apa-apa kalau mau mereka seperti itu. Hidup saya dari Tuhan, saya gak mengandalkan mereka kok. Saya cuman iri aja, kepada umat muslim yang setiap lebaran bisa berbahagia merayakan lebaran dengan sanak saudara dikampung, dan saya merayakan natal SENDIRI. !

Lain lagi cerita keluarga dari ibu saya. Mereka memang aneh (yang di Jakarta). Mereka baru INGAT sama ibu saya ketika mereka sedang dihadapkan pada masalah yang mereka tak bisa selesaikan sendiri. Mereka datang, dan minta bantuan ibu saya, dimana nantinya mereka sangat tau, ibu saya akan menolong mereka dengan ikhlas, dengan senang hati. Tapi apa? Ketika mereka bahagia, mereka akan melupakan ibu saya, keluarga saya. Mereka tidak pernah mengajak ibu saya bersenang-senang. Mentang-mentang ibu saya tidak bekerja, dan punya banyak waktu, SEENAK JIDAT mereka ngasih yang susah pada ibu saya, dan tidak mau mengajak ibu saya ketika bersenang-senang. Ibu saya bukan JONGOS tau!!?

Saya merasa Tuhan itu baik. Sudah beberapa tahun ini memang kondisi keuangan keluarga saya apa adanya, tidak kekurangan, karena apa yang saya butuhkan selalu disediakan Tuhan, dan tidak berlebihan juga. Muzizat demi muzizat bisa saya rasakan dari Tuhan.

Buat keluarga besar saya, apabila kalian suatu hari nanti membaca tulisan saya ini. Ketahuilah, saya sangat sayang pada kalian. Saya memaafkan apapun kepahitan-kepahitan yang kalian lemparkan pada saya. Ketidak pedulian kalian, adalah cambukan bagi saya. Dan ingat, Tuhan itu ADIL, ga selamanya orang kaya akan selalu kaya, ga selamanya orang miskin akan selalu miskin. Semua manusia akan menjalani roda kehidupan. Saya ga akan membiarkan diri saya di masa depan nanti kalian injak-injak lagi. Ingatlah. Suatu hari nanti, kalian akan datang pada saya mencari kedamaian itu. Dan saya akan memberikannya pada kalian. Apapun itu. Saya tidak akan berpikir bagaimana cara membalas perbuatan kalian yang sungguh-sungguh telah berhasil melukai saya ini, tapi saya akan berpikir, bagaimana cara supaya kalian menganggap kalau DIANA LIDYA EKAPUTRI  ada di bumi ini.

Kalau orang Jepang bisa peduli pada keluarga mereka. Kenapa keluarga saya tidak bisa saling peduli pada keluarganya. Kenapa mereka hanya mendekati orang yang sedang berhasil, sementara orang yang sedang susah mereka buang, mereka lupakan? Apakah segitu pentingnya harta menjadi ukuran patut disayang dan tidak patut disayang?

Setelah beberapa tahun Tuhan membuat saya hidup apa adanya dalam kesederhanaan yang indah ini, saya mengutip banyak hal, kenapa Tuhan membuat saya susah dulu sekarang?
1. Supaya saya tau mana TEMAN mana yang BUKAN TEMAN, mana SAUDARA, dan mana yang BUKAN SAUDARA
2. Supaya kalau nanti saya jadi orang berhasil, saya tidak sombong. Saya sudah tau bagaimana rasanya berada di bawah
3. Easy come easy go. Sekarang saya susah mendapatkan keberhasilan itu agar ketika saya berhasil mendapatkanyya, keberhasilan itu akan susah pergi dari saya.
4.Tuhan mau saya dekat denganNya, dan bisa lebih lagi merasakan cintaNya lewat muzizat-muzizatnya pada saya.

1 komentar:

Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Me ^^

Me ^^
I LOVE FIKOM UNPAD

UNPAD - Fikom

Diana Lidya Ekaputri. Diberdayakan oleh Blogger.

Popular Posts

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *

PAPI - MAMI

PAPI - MAMI
Mereka adalah orang yang paling aku cintai didunia ini.. Aku pasti akan membahagiakan mereka dan menempatkan mereka di kursi kehormatan !

LATEST POSTS

Recent Posts

TKD

PEJABAT

PEJABAT
Pelajar Mantab IPA Empat

TKD

TKD

Copyright © Diana Lidya Ekaputri | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com