My Live, My Love, My Story

Kamis, 29 September 2011

Wawancara Pedagang Kripik


Kamis , 29 September 2011.
Hari ini, kelas ku hanya memiliki satu jadwal mata kuliah, Broadcast Radio jam 10.20-12.50.  Setelah kelas bubar, kami makan siang dan berjalan-jalan. Kami menonton pertandingan futsal  antara teman-teman cowok melawan senior penyiaran.
Pukul 16.00, kami kembali ke kampus, melihat pertandingan basket antara karyawan dan mahasiswa dalam rangka ulang tahun Fikom. Tiba-tiba ada seorang anak kecil bertubuh kurus, dan bertampang imut (setidaknya menurut gw!) datang dan menawarkan kripik. Karena kami sedang senggang, kami mengajaknya ikutan duduk, mencoba berbincang-bincang. Dan inilah hasil perbincangan kami...

ANGGA
Illust. by shiroitenshi94.blogspot.com
Nama anak kecil itu Angga. Ia tinggal di daerah cincin yang letaknya tak jauh dari kampus. Berusia kurang lebih 9 tahun, duduk di bangku kelas 5 SD.
Ia bekerja pada seorang ibu-ibu, menjual 60 bungkus berbagai macam kripik. Dari 1 bungkus kripik yang harganya Rp 1000,00, ia diberi keuntungan Rp200,-. Itu artinya dalam sehari. Tapi kalau habis semuanya, ia akan mendapatkan uang sebesar Rp 15.000,-. Bekerja dari jam tujuh pagi, dan mulai sekolah jam 9 sampai jam 12 siang, lalu akan melanjutkan berjualan lagi sampai jam 7 malam. Bayangkan, dari keringatnya sampai jam 7 malam, ia hanya dibayar 200/ bungkus !. Kami  terhenyak mendengarnya. Lalu kami mulai menanyakan padanya yang lebih pribadi lagi.
“Dek, kenapa kamu mau kerja kayak gini? Emang kamu ga mau main?” tanya salah satu temanku. Ia terdiam. “saya pengen main kak, tapi kan saya harus cari uang untuk ibu saya dan untuk adik saya” jawabnya. Lugu sekali jawaban anak itu..

Anak itu bercerita, ayahnya seorang tukang parkir. Ibunya tidak bekerja apa-apa. Ia punya seorang kakak, yang tidak diketahui umurnya berapa, namun tidak mau bekerja, sementara adiknya berumur 3 tahun. Ia berkata pada kami, sudah sebulan ini ia jarang sekali makan nasi, ia hanya makan pisang untuk mengisi perutnya.

Sungguh, aku dan teman-temanku tak sanggup untuk menangis mendengarnya. Anak sekecil ini sudah menghadapi kerasnya hidup.  Sementara ibu dan kakaknya hanya bersantai-santai di rumah.

“Dek, kamu kerja kayak gini, kesadaran sendiri atau disuruh sama mama kamu??” Tanyaku padanya.
“Aku disuruh mama kak” jawabnya polos.
“Disuruhnya gimana?” Tanya Tia kemudian.
Ia mempraktekan cara mamanya menyuruhnya, dengan berteriak-teriak. Dari ceritanya, dapat kami lihat jelas, bahwa anak ini berjuang seperti ini karena dipaksa oleh ibunya.

“Dek pernah ga uangnya hilang?” Tanya salah satu temanku padanya.
Anak itu lagi-lagi terdiam. Tak lama ia bercerita dnegan suara serak seperti ingin menangis. Ia pernah kehilangan uangnya sebesar Rp20.000,-. Dan  ia dipukul habis oleh ibu pemilik warung itu.

Sebenernya anak itu tidak bisa disalahkan dengan hilangnya uang itu, menurutku anak sebesar Angga memang belum bisa dibebani uang sebanyak itu. Dan ini sudah merupakan tindakkan kriminal.

Ditengah percakapan kami, tiba-tiba Angga melihat layangan, dia minta ijin pada kami dan berlari untuk melihat layangan itu. Kami tertawa melihatnya. Percaya aja dia sama kami nitipin dagangannya, untung dagangannya ga kami apa-apain, untung kami orang baik-baik.

Tia memberikan Angga sebotol minuman. Tapi Angga tidak mau meminumnya. Ia bilang itu untuk adiknya, begitu mengharukan jawabannya. Lalu kami memberikan beberapa uang dan berpesan padanya bahwa uang itu untuk ia jajan, untuk ia makan. Kami mengingatkannya untuk tidak merokok.

Oh iya, kami bangga sama dia loh. Meskipun ia harus bekerja keras setiap harinya, tapi ia tetep bisa ranking 2 di kelasnya. Hebaat kaan?? :D

Setelah Angga pergi dan kami ber dah-dah ria dengannya. Kami menangis terharu. Kami berniat untuk ikut kegiatan UKM kampus KJ21, yang memiliki kegiatan memberi pendidikkan pada anak-anak seperti Angga.

Kami merasa menjadi tidak tau diri. Selama ini kami sering mengeluh, selama ini kami sering buang-buang makanan, selama ini kami manja, selalu punya alasan untuk melakukan kesalahan. Kami engga sadar kalau diluar banyak orang yang hidupnya lebih susah, lebih keras dari kami..

Semoga teman-teman ku yang lain bisa belajar dari perjalanan hidup Angga. Jangan pernah menyerah sama pahitnya hidup teman-teman. Hidup ini gak akan selalu pahit kok, akan ada saatnya hidup terasa manis semanis gula… ;)

1 komentar:

Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Me ^^

Me ^^
I LOVE FIKOM UNPAD

UNPAD - Fikom

Diana Lidya Ekaputri. Diberdayakan oleh Blogger.

Popular Posts

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *

PAPI - MAMI

PAPI - MAMI
Mereka adalah orang yang paling aku cintai didunia ini.. Aku pasti akan membahagiakan mereka dan menempatkan mereka di kursi kehormatan !

LATEST POSTS

Recent Posts

TKD

PEJABAT

PEJABAT
Pelajar Mantab IPA Empat

TKD

TKD

Copyright © Diana Lidya Ekaputri | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com