Teman-teman
saya banyak yang mengatakan bahwa mereka lebih dekat dengan ibu dibandingkan
ayah. Sayang sekali..
Saya sangat
menikmati kedekatan saya dengan ayah saya.
Menurut saya tidak ada pria yang akan melindungi saya dengan
sepenuh cinta dan dengan seluruh tenaganya selain ayah saya. Sekalipun nanti,
suatu hari saya akan memiliki suami, saya tak yakin ia bisa mencintai saya,
melindungi saya seperti apa yang akan dilakukan ayah saya.
Tidak memandang kekurangannya.. Saya melihat ayah saya
sempurna, TITIK!
Kata orang di dunia ini tidak ada yang sempurna. Tapi bagi
saya ayah saya adalah orang yang
sempurna.
Susah senang saya tetap ikut dengan ayah saya.
Ada saat dimana ayah saya harus mengambil keputusan dengan
berbagai macam resiko, entah itu resiko enak maupun pahit. Saya selalu
mendukung apapun keputusan ayah saya dan ikut menanggung segala resikonya
sekalipun itu pahit.
Banyak anak tidak mau tau masalah orangtuanya. Tapi saya mau
tau.
Ayah saya melatih saya untuk selalu melihat masalah keluarga,
agar suatu hari nanti, jika saya sudah berkeluarga saya sudah memiliki bekal
banyak hal tentang bagaimana cara mengatasi masalah dalam keluarga.
Ada saat dimana saya depresi, dan saya merasa saya belum siap
menghadapi masalah saya seperti ini. Tapi sekali lagi, saya berusaha kuat
karena saya tau ayah saya tau yang terbaik buat saya.
Saya merasa begitulah Tuhan.. Kasih Tuhan seperti kasih
seorang ayah kepada anaknya. Ia berikan pada kita masalah, dan kita menangis,
berteriak, bahkan terkadang ingin lari dari masalah itu. Kita lupa, kita ini
boneka dimata Tuhan. Kita ciptaan-NYa. Pastilah Ia tau batas kemampuan kita.
Terkadang Tuhan memiliki berbagai macam jalan untuk kita,
anakNya. Ada jalan yang halus, enak dilalui, ada juga jalan yang berat, penuh
dengan rintangan. Saat masalah datang kepada kita, bukan Tuhan mau
mempermalukan kita (Roma 10:11) . Tuhan mau lihat, bagaimana komitmen kita
untuk setia dan selalu ikut Tuhan apapun keadaannya.
Contohnya saja seperti Ayub. Apakah dengan hilangnya harta ,
hilangnya anak, dan sakit yang diberikan kepada Ayub itu untuk mempermalukan
Ayub? Tidak bukan? Itu semua diberikan kepada Ayub untuk menguji kesetiaan Ayub
kepada Tuhan. Setelah Ayub lulus ujian, Tuhan berikan lebih dari semula kepada
Ayub.
Bagaimana keadaan kita sekarang? Apakah kita mau pasrah,
percaya, dan setia kepada Bapa? Pasrah pada apapun jalanNya. Pasrah pada apapun
kehendakny? Percaya bahwa Ia selalu berikan yang terbaik buat kita, walau
kadang rasanya pahit dan sangat menyakitkan? Apakah kita mau selalu setia
kepada Tuhan meskipun dunia menghina dan menjauhi kita??
Mantab Broo************************************
BalasHapus