“Aku menunggumu dan ingin berbagi denganmu..” Jawabnya.
Hari itu Keiji yang tampan terlihat tidak bersemangat.
Padahal ia biasanya selalu ceria dan menceritakan kejadian-kejadian unik setiap
harinya.
Ternyata ia sedang sedih..
Di kelas yang dulu begitu ramai dan aktif. Anak-anaknya
pintar-pintar dan selalu rajin masuk. Kini perlahan mulai terlihat sepi karena
naka-anaknya mulai jarang masuk. Jenuh.. mungkin itu kata-kata yang tepat.
Keiji bingung, bagaimana cara menumbuhkan kekompakkan dalam
sebuah kelas, menyatukan perbedaan sifat agar kelas menjadi satu dan utuh.
Maunya sih jangan cuman 1 atau 5 orang yang pintar. Maunya sih ga ada orang
yang hadir cuman untuk jadi bahan ledekkan. Maunya sih ga cuman satu dua orang
yang dekat dengan dosen, maunya sih semua saling melengkapi dan saling
membantu. Hanya saja, semua terasa sulit ketika kita sendiri terkucil dan
menjadi sosok yang jarang disadari kehadirannya..
“Yaa.. kembali kesadaran masing-masing, bukankah egosi
adalah sifat manusia?” Jawabku. Yaa aku setuju dengan cerita keiji. Itu
benar dan tak salah. Hanya saja entah mengapa bagiku bersatu itu hanya MIMPI
belaka.
Keiji mungkin bisa berharap tidak ada geng di kelasnya. Namun
kenyataannya disetiap kelas pasti akan ada orang-orang yang pintar berkumpul
jadi satu bekerja sama dan semakin pintar. Sementara yang tidak pintar
berkumpul menjadi satu dan semakin tidak pintar.
Seharusnya memang tidak begitu. Seharusnya semua berbaur.
Tapii.. yang tadi itu, mereka ternyata dikuasi ego. Ego mereka lebih besar dari
pada rasa toleransi mereka. Itulah yang menyababkan suatu kelas akan sulit
bersatu!
Mantab Broo************************************
BalasHapus