Tuhan selalu memiliki rencana pada semua yang terjadi dalam
hidup kita..
Ia memiliki rencana di balik tawa lepas kita..
Ia memiliki rencana di balik senyum manis kita..
Ia memiliki rencana di balik kekecewaan kita..
Ia memiliki rencana di balik sesuatu yang membuat kita ingin
marah..
Ia memiliki rencana di balik isak tangis kita..
Ia tetap memiliki rencana di balik penderitaan kita..
Sesenang apapun kita, sepahit apapun hidup kita.. Ia punya
rencana di balik itu semua..
Ada sebuah kisah yang diceritakan ayahku kepadaku. Kali ini
aku ingin membagikannya, dan aku berharap cerita ini dapat menjadi pelajaran
untuk kita semua.
Ada dua orang tukang bakso berangkat dari kontrakkan untuk
berjualan bersama. Tukang bakso pertama adalah orang yang rajin beribadah,
rajin berdoa, selalu setia mengikuti ajaran agama, dan selalu berbuat baik
kepada sesama. Tukang bakso yang satu lagi adalah orang yang menganggap
kekayaan dunia lebih penting. Ia malas beribadah, ia malas berdoa. Alasannya simple, capek kerja!
Saat mereka berangkat bersama, tiba-tiba ada sepeda motor
yang menyerempet gerobak tukang bakso pertama yang bernama Pak Udin. Sementara
itu tukang bakso kedua Pak Bejo selamat. Gerobak bakso Pak Udin terdorong
sehingga masuk ke parit. Bakso-baksonya tumpah, sebagian piring pecah, dan
sambelnya berceceran kemana-mana. Pak Udin selamat, ia shock melihat keadaan gerobaknya yang kacau balau.
Pak Bejo mencoba menenangkan Pak Udin. Namun ia tidak
berusaha membantu Pak Udin. Mengingat hari semakin sore, ia khawatir jika terlambat
berjualan maka nanti baksonya tak akan laku. Ia meninggalkan Pak Udin yang lagi
terdiam dengan perasaan kacau balau.
Setelah Pak Bejo pergi, Pak Udin menutup wajahnya dan
menangis. “Tuhan, rasanya aku selalu berbuat baik kepada orang-orang disekitarku.
Bukankah aku lebih rajin beribadah dari pada Bejo Tuhan? Bukankah aku lebih
rajin berdoa? Tapi kenapa Tuhan jahat kepadaku? Jika begini keadaan gerobakku,
apa yang akan aku kasih kepada anak istriku saat pulang nanti? Mereka pasti
akan kecewa aku tidak bawa uang Tuhan!!”. Setelah menangis dan marah-marah
sendiri, tak lama ada anak muda lewat dan membantunya merapihkan gerobaknya,
lalu ia pulang dengan perasaan kacau balau.
Pak Bejo dalam perjalanan menuju perumahan tempat ia dan pak
Udin biasanya berjualan. Namun saat sedang ada pembeli dan ia lgi masak,
tiba-tiba rumah di dekat Pak Bejo berjualan terbakar. Pak Bejo panik. Saat
posisi penting begitu, ia masih sempat berusaha menyelamatkan gerobaknya. Namun
sayang, ia terlambat. Gerobaknya terbakar meledak, dan ia pun ikut meninggal.
Kabar meninggalnya Pak Bejo sampai ke telinga Pak Udin
beberapa jam kemudian. Pak Udin begitu kaget mendengar kabar tersebut dan ia
pun sujud di tanah dan berdoa.. “Tuhan, sekarang aku tahu kenapa kau masukkan
gerobakku ke parit. Kau mencegahku pergi ke perumahan itu untuk menyelamatkan
ku Tuhan. Sekiranya aku di perumahan itu mungkin aku sudah meninggal. Anak dan
istriku akan menderita selamanya. Namun kecebur parit hanya meninggalkan
kesedihan sementara, karena gerobak ini masih bisa diperbaiki, dan besok aku
masih bisa bekerja untuk anak dan istriku lagi. Terimakasih banyak Tuhan untuk
cintamu padaku.. Terimakasih untuk rencanamu yang indah ini”.
Jika marah dan mengeluh pada Tuhan bukan solusi dalam setiap
masalah kita, mengapa kita tidak belajar untuk selalu bersyukur sepahit apapun
keadaan kita, agar pahit itu terasa manis, dan kita bisa segera dipulihkan Nya?
GBU
what amazing story. i love it.
BalasHapus