Namanya Kiko. Kiko berjalan dari rumah kerumah. Banyak yang
Kiko lihat selama perjalanan Kiko. Salah satunya adalah kejadian hari ini.
Pasangan suami istri itu bertengkar begitu hebat. Yang satu
merasa benar, yang satu juga tidak merasa bersalah. Mereka saling
mempertahankan ego, bahwa mereka paling benar.
Dua-duanya sedang diselimuti oleh emosi. Logika mereka
sedang tertidur, dan mungkin saat itu ereka sedang tidak sepenuhnya sadar.
Akhirnya, kata lelah, kata capek, dan kata pisah pun terucap
dari hati melalui mulut oleh satu pihak.
Yang satu masih ingin bertahan, yang satu ingin segera
melepaskan diri.
Akhirnya sang suami pergi meninggalkan istri menangis
sendiri.
Kiko berjalan menuju ruangan sebelah. Kamar sebelah yang
gelap dan sunyi. Disana seorang gadis terbaring dikasur. Apakah ia tidur,
ataukah ia hanya berpura-pura tidur?
Kiko berjalan mencoba mendekati gadis tersebut. Semakin
dekat, semakin jelas terdengar, gadis itu menangis terisak-isak.
Orangtua banyak sekali yang bodoh dan egois. Karena sifat
kekanak-kanakkan mereka, mereka tidak sanggup menyelesaikan masalah, dan
akhirnya memutuskan lari. Mereka lupa bahwa setelah mereka punya anak, hubungan
mereka tidak hanya untuk mereka berdua, tapi juga untuk anak mereka. Mereka
pikir perpisahan adalah masalah mereka sendiri, mereka lupa bahwa itu akan
menjadi bom besar bagi anak mereka.
Si anak sedih. Ia merasa sekarang hidupnya sudah selesai.
Apalagi artinya hidup kalau kalau sepanjang hidupnya hanya akan melihat
perpisahan orangtuanya. Bagaimana lagi ia bisa bahagia kalau ia harus
menyaksikan orangtuanya bersama orang lain setelah perceraian itu?
Kiko merasa sedih menyaksikan tangisan anak itu. Ia berdoa
supaya anak tersebut bisa selalu kuat dan bisa melanjuti hidupnya dengan baik.
Bersambung.
Ditunggu kiko - kiko lainnya dirumah selanjutnya
BalasHapus